Film Untuk Angeline

Hujan di luar masih deras.
Saya jadi ingat adegan di film Untuk Angeline yang kemarin saya tonton bareng KopiersJogja.

Kita tentu sepakat bahwa anak anak adalah mutiara tiada tandingan, harta dari milyaran tumpukan harta yang tiada yang bisa menyainginya. Bahwa kita selalu setuju bahwa Tuhan mengirim anak anak untuk melengkapi kebahagiaan sebuah keluarga.

Sepakat?
Saya yakin semua sepakat (kecuali mungkin mereka yang menganggap jalan hidup ini beda).

Masalahnya ternyata tidak sedikit orang yang beranggapan jalan hidup itu berbeda. Secara singkat, ada segelintir orang yang beranggapan bahwa anak adalah beban. Kehadiran anak hanyalah masalah baru.

Masih ingat khasus Enjelin--si gadis malang yang ditemukan terkubur di kandang ayam di salah satu sudut kota Bali??
Margaret adalah dalang dibalik Kematian Engeline.
Khasus itu terjadi tahun lalu bahkan hingga hari ini proses hukumnya masih belum kelar. *Emak saya ngikutin beritanya dari tipi, omong-omong*

Lalu pada tahun ini, untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya mencintai anak dan untuk kampanye stop kekerasan pada anak dalam rangka memperingati hari anak Nasional, sebuah rumah produksi meluncurkan sebuah film baru berjudul "Untuk Angeline".
Sebuah film berdurasi satu setengah jam yang terinspirasi dari kisah nyata Enjelin.

Film ini berkisah tentang seorang gadis kecil bernama Angeline. Gadis ini terpaksa hidup nelangsa di rumah sebuah keluarga di Bali.
Awal dari semua ini adalah karena kemiskinan. Masalah uang merundung orang tua kandungnya. Orang tua kandung yang tidak pernah Angeline ingat seperti apa rupanya sebab hanya sampai usia tiga hari bayi merah itu bersama.

Angeline lahir dengan kondisi ekonomi orang tua yang berantakan. Ayahnya yang seorang buruh tidak sanggup untuk menebus biaya rumah sakit. Ia lalu menjual (paksa) Angelin kecil yang masih usia tiga hari kepada pasangan John-Terry.

Samida (yang diperankan oleh Kinaryosih) tidak terima namun juga tidak bisa berbuat banyak. Ia telah hancur luar dalam, jiwa raga. Lebih lebih setelah sang suami sudah menunjukkan bukti pelunasan rumah sakit serta iming-iming bahwa "anak kita akan bahagia jika bersama mereka."

Nama Angeline itu pun diberikan oleh John, seorang bule baik hati yang mengadopsi (tadinya mengadopsi tapi jatuhnya malah seperti jual beli anak).

Angeline kecil hidup bersama keluarga John. Ia tinggal dengan Papa John yang baik dan penuh sayang. Juga ada Mama Terry yang selalu sinis dan suka menyuruh. Tidak lupa juga ada Kevin yang tidak lain adalah kakak tiri Angeline. Kevin adalah anak Terry dari laki-laki lain (bukan John).

Selama ada John, hidup Angeline bahagia meski banyak tekanan dari Terry dan Kevin. John selalu sayang bahkan tampak memanjakan Angeline melebihi Kevin. Hal ini menimbulkan kecemburuan dan masalah pelik dikemudian hari.

Angeline adalah gadis kecil yang baik dan tabah. Ia tidak pernah mengeluh meski sering dijahati Kevin atau Terry. Selama ada John, Angeline merasa aman.
Namun sayang, usia John tidak panjang. Pria bule penyayang itu meninggal pada suatu pagi. Kepergiaan pria baik hati itu sekaligus mengubur semua kebahagian yang sempat Angeline cicipi.
Setelah hari itu, hidup bagi Angeline serupa neraka.
Adalah penyiksaan dan penyiksaan yang Angeline dapatkan sepanjang hidupnya.

Saya menonton film ini pakai meneteskan air mata dan sedikit 'misuh' terutama saat adegan Terry memaksa Angeline memakan makanan kucing. *Hueksss 😷😟

Film ini cocok ditonton oleh orang dewasa namun jangan mengajak anak anak saat nonton. Seperti yang tertera di peringatan, bahwa film ini khusus 17+. Meski memakai tokoh anak anak, film ini banyak adegan 'kekerasannya'.

Bagian yang sangat menarik dalam film Untuk Angeline adalah bagian saat Bik Luh memberitahu pada Angeline bahwa hujan yang turun adalah hujan orang meninggal. *Bagian ini membuat saya merinding*

"Kenapa hujan padahal langitnya terang."
"Kata nenek saya dulu, hujan seperti ini berarti hujan kematian."
"Maksudnya?"
"Jika turun hujan padahal langitnya terang, berarti hujan kematian. Ada orang yang meninggal."

Susana peribadatan di daerah Bali menjadi daya tarik tersendiri dari film ini. Juga penampilan khusus dari Kak Seto.

Saya tidak bilang film ini sempurna. Namun film ini layak tonton.
Banyak adegan yang kurang logis, menurut saya. Namun itu kan menurut saya, belum tentu menurut orang lain begitu juga adanya.
Saya menikmati meski sebel dengan adegan yang kejam.
Akting Naomi sebagai Angeline cukup membuat simpatik dan meneteskan air mata.


Lebih dari itu semua, terima kasih pada semua pihak yang sudah memproduksi film Untuk Angeline.
Pesan stop kekerasan pada anak tersampaikan dengan jelas.
Selesai nonton rasanya ingin memeluk anak anak. Ingin melindungi anak anak dari bahaya bahkan kalau bisa melindunginya dari nyamuk mau pun debu.

Semoga setelah hari ini tidak ada Angeline Angeline yang lain.
Dan siapa pun Anda yang ternyata adalah seorang orang tua adopsi/ angkat, tolonglah sayangi anak anak yang kalian ambil. Jika memang tidak sanggup alangkah baiknya jika tidak pernah mengadopsi. Anak anak itu meski bukan lahir dari darah daging kita, anak anak tetaplah anak anak yang suci polos dan butuh cinta tulus.

Pada akhirnya, mari kita kirimkan doa untuk sosok Engeline yang sudah lebih dulu mendahului kita semua.
Engeline....

Untuk Angeline; sebuah film dengan pesan stop kekerasan pada anak.

1 Response to "Film Untuk Angeline"

  1. Kk Mini ndepipis pas nonton iki nang sebelahku. Xixixi

Posting Komentar

Mini GK author from Gunungkidul, Indonesia

Tiket Promo

Followers