Resensi Novel Eliana


Judul : ELIANA (Serian Anak-Anak Emak)
Penulis : Tere Liye
Editor : Andriyati
Desain cover : Mano Wolfie
Layout : Nr Alfian
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : pertama Januari 2011, kedua agustus 2011, ketiga Februari 2013
ISBN : 978-602-8987-04-2
Halaman : iv + 519 halaman

Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya pada kalian.

Dengarkanlah, ada suatu masa di antara masa-masa. Ada suatu musim di antara musim-musim. Saat ketika alam memberikan perlawanan sendiri. Saat ketika hutan, sungai, lembah, membalas sendiri para perusaknya.

Manusia memiliki sendiri hari-hari spesialnya. Ada hari ketika ia dilahirkan, hari mulai belajar merangkak, hari mulai berjalan hingga bisa berlari. Manusia tumbuh besar dengan hari-hari. Jatuh, bangun, sakit, sehat, tetawa, menangis, sendirian, ramai, sukses, gagal, semua dilalui bersama hari-hari. Tentu termasuk salah-satunya hari ketika kita bertemu dengan pasangan hidup.
Eliana sang pemberani. Anak sulung Mamak dan Bapak Syahdan. Tiada terkira pemberani dan tekenalnya Eliana di pelosok kampung bahkan mungkin provinsi atau pulau.

Si gadis 12 tahun sudah berpikir layaknya orang dewasa. Dengan keterbatasan materi yang begitu ketara, tidak lantas membuatnya bodoh. Justru sebaliknya, Eli adalah murid pandai di sekolah yang hampir roboh. Murid kesayangan sekaligus asisten Pak Bin.
Eliana, kakak paling keren yang dimiliki Pukat, Burlian dan Amelia. Melihat ke empatnya begitu seru membuat saya iri; saya tidak pernah merasakan ‘kehangatan’ seperti mereka.

Ah bagaimana pun juga Eliana berhasil mengaduk emosi dan air mata. Dia bersama kawan-kawannya yaitu geng ‘Empat Buntal’ begitu menginspirasi. Mereka tidak takut dengan para penjahat yang hendak merusak kampungnya. Merusak alam sekitar tempat tinggalnya. Eliana tidak rela jika hutan dan sungainya dirampok oleh para rakus. Sungguh pesan moral yang keren. Jleb di hati. Bang Tere Liye top.

Air mata tidak bisa dibendung ketika Marhotap harus dikabarkan hilang dan akhirnya jasad diketemukan. Ini benar-benar bikin merinding. Tidak kebayangan jika hal ini tejadi di depan saya.
Suka dengan semua penokohan yang ada. Hima, Damdas, Anton, Can, Wawak, ah ini khasanah baru buat saya.
Ada beberapa kesalahan dalam novel ini. Antara lain hal.52 di baris pertama bayinya berusia enam bulan. Baris ke 23 mendadak jadi berusia Sembilan bulan.

Ada beberapa juga salah ketik/ typo.
Juga sedikit janggal saat adegan Anton yang mencari daun herbarium. Bukankah saat itu musim hujan? Biasanya kapuk tidak akan beterbangan ketika musim penghujan. Beda dengan musim kemarau.
Ada lagi beberapa yang janggal.

Eliana adalah buku ke empat dari Serial Anak-anak mamak. Saya belum baca yang Burlian, Pukat dan Amelia. Suatu hari nanti saya akan membacanya.

3 Response to "Resensi Novel Eliana"

  1. Wah, fans Bang Tere Jua

    Daku sakig ngefansnya,punya genk namanya 4 Butal, hehe.

    Visit back ya blog sederhana daku www.pritowindiarto.blogspot.com
    saam

    Wah, fans Bang Tere Jua

    Daku sakig ngefansnya,punya genk namanya 4 Butal, hehe.

    Visit back ya blog sederhana daku www.pritowindiarto.blogspot.com
    saam

    Unknown says:

    Tolong tampilkan unsur intrinsiknya juga.... Dari alur, tahapan alur, dll

Posting Komentar

Mini GK author from Gunungkidul, Indonesia

Tiket Promo

Followers