KISAH KU (Untuk Mu Dalam Tanya Ku)


Tak terasa Kini aku sudah berusia 21 tahun. Sudah tidak remaja lagi. Aku sudah berubah jadi wanita dewasa. Orang-oarng sering memanggilku Hasna, aku senang dengan panggilan itu karena nama itu sangat cantik.
Karena aku sudah bukan anak keci lagi maka untuk itu, malam nanti aku harus membuat suatu keputusan sebelum terlambat. Keputusan yang sangat berat, membebani hati ku. Beny, ya Beny harus segera tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatiku.

Mas Beny adalah teman yang sekarang baru dekat dengan ku. Boleh dibilang kami baru saja mau mengikat sebuah tali persaudaraan.

Aku tak mampu menyakiti hati orang lain. Aku lebih bisa terima bila aku sakit asal orang lain tidak merasakan sakit itu.
Habis magrib nanti aku dah buat janji bakal bertemu dengan Mas Beny. Maka setelah sholat magrib dengan hati yang tak tahu apa yang ku rasa antara rasa ingin dan tidak, ku tunggu kedatangannya.

"Assalammualaikum, malam Dek," Mas Beny datang dan langsung menemuiku.
"Waalaikumsalam Mas, silahkan duduk. Adek panggil Bapak Mamak dulu. "

Aku mempersilahkan Mas Beny duduk di kursi yang ada di teras. Aku masuk memanggil orang tuaku dan langsung pergi ke dapur untuk membuat minuman.

Dari dalam ku dengar Mas Beny dan orang tuaku ngobrol sangat akrab. Mas Beny orangnya sopan, wajahnya juga lumaya tampan. Orang tu ku pun sudah menyetujui dan senang bila seandainya aku jadi sama Mas Beny. Dan tinggal beberapa menit lagi aku akan mengambil keputusan untuk itu.

Selesai membuat minuman, aku bawakan minuman itu ke luar. Orang tuaku meninggalkan aku dan Mas Beny di teras. Seakan memberi kesempatan pada kami untuk bicara. Aku pun merasa gugup dan tidak tenang.

"Dek....Kenapa?" seakan Mas Beny tau apa yang sedang ku pikirkan.
"Iya...nggak kenpa-kenapa kok Mas. Silahkan diminum Mas," aku orangnya memang gampang kagetan. Tapi untung cepat menguasai diri.

"Dek, sebenarnya mau ngomong apa sih? Kok kayaknya ada yang penting."
"Iya, Mas. Ini sangat penting," aku memperbaiki posisi dudukku guna menghadap Mas Beny, tapi ku urungkan untuk memandang wajahnya.

Lagi-lagi aku bingung. aku bingung harus memulai dari mana? Rasa hati ku berkecambuk antara rasa ingin bersama, takut menyakiti juga takut ada yang terluka.

"Hoe.....nglamun."
"Enggak. Adek cuma lagi mikir aja,: aku harus segera menyelesaikan masalah ini.
"Apa Mas Beny beneran serius sama Adek?"

Sekilas Ku lihat raut muka Mas Beny agak sedikit berubah. Tanpa ada jawabnya. Karena aku sendiri sebenarnya tak butuh jawaban itu. Aku sudah tau jawabannya, jawabannya jelas serius.

"Maaf Mas. Adek tau Mas selama ini berusaha sayang sama Adek. Dan Mas juga sudah serius sama Adek. Tapi kenapa Mas, maaf Adek harus mengatakan ini. Kenapa Mas tak lekas melamar Adek saja?"

Huh.....aku sudah tidak bisa menahan lagi. Akhirnya terucap juga.
Kulihat laki-laki dihadapanku seakan sulit menjawab, tapi akhirnya berucap juga memberi jawaban.

"Adek. Mas serius sama Adek. Orang tua kita juga sudah setuju. Dan Mas pasti akan melamar adek. Tapi bukan sekarang. Adek sabar ya. Suatu saat nanti Mas akan melamar adek. Adek tunggu sampai Mas benar-benar dapat kerjaan yang mapan. Mas gak mau hidup dengan Adek, kalau hanya membuat Adek menderita nantinya. Mas ingin membangun rumah tangga dengan bahagia."

Aku sadar hal itu. Mas Beny memang belum mempunyai pekerjaan tetap. Tapi bukan masalah itu yang aku khawatirkan. Melainkan hati sahabatku. Aku mungkin akan sabar menunggu orang ini, aku akan sabar untuk Mas Beny. Karena aku sadari aku sudah sayang padanya dan berharap padanya. Tapi, kenapa ada tapi? Tapi kenapa hati ku selalu memberontak? Tak mungkin aku akan bersamanya. Dan aku menahan beban ini terlalu berat, aku tak kuasa menahannya. Bahwasannya sahabatku, orang yang dekat denganku, yang baru aku tau dia juga menginginkan Mas Beny.

Dan kenyataan yang baru aku tahu juga bahwa Mas Beny pernah ingin menginginkan sahabatku ini. Sungguh pilu rasanya mengetahui semua ini. Kenyataan di depan mata. Sahabatku, aku, dah orang yang pernah mencintai dan dicintai sahabatku. apa yang harus aku perbuat?

"Maaf Mas,......"Sulit mulutku berucap,
"Kenapa Dek? Adek tidak mau menunggu Mas? Kenapa Dek? Kenapa secepat itu kamu nyerah? Kenapa Adek seperti ini? Adek juga harus tahu, Mas selama ini juga sudah berusaha."

Aku hampir saja membuat Mas Beny marah.

"Mas, adek juga sayang. Adek juga berharap hal yang sama. Kita sudah saling kenal dan Adek insyaallah sudah siap seandainya Mas mau melamar Adek. Tapi Adek harus mengatakan ini."
Ku diam sejenak lalu kembali ku berucap, "Tapi maaf Mas, mungkin lebih baik kita tidak usah bersama. Sebelum semua terlanjur."
"Apa Dek?" Apa maksudnya?"

Mas Beny kini terlihat sudah tak setenang tadi. Aku berucap sepelan dan hati-hati supaya tak melukai hatinya.

"Maaf Mas. Adek cuma mau Mas Bahagia bersama orang yang benar-benar sayang dan juga benar-benar Mas sayangi."
"Maksud Adek apa tho? Orang yang Mas sayang ya sudah jelas Adek. Apa kurang perhatian Mas selama ini?"
"Bukan Mas. Adek juga tau Mas sayang sama Adek. Mas banyak berkorban demi adek, keluarga Adek dan semuanya. Adek tau dan sadar akan itu. Tapi maafkan Adek, Mas. Maafkan Adek, Mas harus tau apa yang sebenarnya Adek rasakan," aku mulai memutar otak ku. Guna menyusun kata-kata agar sanggup ku untuk mengucapkan semua.

"Ah......kamu itu ngomong apa sih Dek? Ya Allah salahkah hamba mu ini menginginkan Hasna? Orang yang aku harapkan tak mengharapkanku lagi," kini Mas Beny berdiri menengadah menghadap lagit.

Aku tau aku akan melukai hati orang ini, tapi mungkin ini yang terbaik. Sambil tetap ku duduk, aku bercerita tentang hatiku.

"Maaf Mas. Tapi baru Adek tahu, selama ini ada orang lain yang menyayangi Mas," aku tak menghiraukan apa yang dia lakukan.
"Selama ini ada orang lain yang kita kenal yang juga menyayangi Mas. Selama ini sahabatku menyayangi Mas. Dan menurut cerita, Mas juga sempat berharap padanya. Itu yang menjadi alasan utama Adek kenapa Adek tak mungkin bersama Mas. Adek tak bisa Mas.....Adek sakit Mas....Adek tak sanggup melukai hati orang lai."

Ada rasa cemburu waktu aku tau Mia sahabatku menceritakan tentang perasaannya, tentang betapa dia mengharap Mas Beny. Aku hanya mendengar Mia bercerita, yang jelas waktu itu Mia belum tahu kalau Mas Beny yang dia maksud adalah orang yang sedang ada dihadapan ku saat ini.

"Iya Hasna. Yang namanya Beny itu cakep. Aku dulu pernah ke rumahnya. Aku dah kenal sama dia. Kalau mau kapan-kapan aku kenalin juga. Beny juga bilang kalau dia juga sayang lho ma aku. Ya cuma aku belum tau mau jawab apa? Kan kamu tahu sendiri aku baru dekat sama Nuri."

Layaknya sahabat dekat Mia tak tanggung-tanggung selalu bercerita semua kepada ku. Aku pun terus mendengarkan Mia bercerita tentang Mas Beny yang mengharapkan dia. Mia tak tahu kalau waktu itu aku juga sudah kenal dengan Mas Beny. Dan sejak cerita itru aku sudah tidak bisa mengharapkan Mas Beny lagi. Rasanya terlalu jahat bila aku teruskan perasaan ku.

"Hasna....kamu ngomong apa? Nglantur. Siapa lagi orang yang Adek maksud? Sahabat Adek yang mana?, kembali Mas Beny duduk dengan terus bertanya tentang siapa orang yang aku maksud.

"Mia. Dia cerita sendiri dan dia sampai saat ini masih mengharapkan Mas. Hasna sudah tak bisa lagi menahan cemburu, Mas. Hasna mohon Mas, jangan berjanji lagi pada Hasna. Sekarang lebih baik Mas kembali padanya. Dia sangat mengharapkan Mas," aku tak peduli lagi ku utarakan semua.

Aku berfikir lebih baik sakit sekarang sebelum semua terlambat. Sebelum aku makin cemburu pada orang yang seharusnya tak berhak ku cemburuin.

"Adek. Kenapa Adek mengungkit masa lalu? Adek tak percaya pada Mas? Itu semua masa lalu Dek. Apa tak boleh saat ini dan nanti Mas memiliki Adek? Memiliki Adek sebagai teman hidup Mas sampai akhir nanti. Apa tak ada harapan lagi buat Mas? Kesempatan Mas untuk berubah?

Aku tak tahu lagi harusa berkata apa? Hatiku menjerit-jerit tapi ku berusaha menahan air mata ku. Kini ku lihat Mas Beny lebih tenang, lebih sanggup menguasai diri tidak ada teriakan-teriakan lagi. mungkin takut orang lain akan mendengarnya.

"Adek. Mas akui masa lalu Mas memang terlalu kelam. Adek pun tau itu. Mas sudah cerita semua pada Adek. Itu semua karena Mas berharap Adek bisa menerima dah kan mengajarkan Mas hal-hal yang baik. Dan ternyata semua benar, Adek mampu merubah Mas dari yang buruk menjadi lebih baik. Adek pernah bilang tak ada salahnya kita belajar bersama menjadi yang lebih baik lagi. Mas tulus sayang, karena ketulusan hati Adek. Dengan keramahan Adek, yang mampu membimbing Mas. Bagi Mas, Adek adalah wanita hebat. Mas tak tahu, apa terlalu dosa dan salah bila Mas menginginkan Adek?"

Aku tak kuasa lagi menahan air mata, mengingat semua. Semua yang pernah ku alami. Bahwa dulu aku mengenal Mas Beny yang buruk, anak brandalan. Tapi Mas Beny yang sekarang jauh berbeda. Dan aku sanggup menerimanya. Tapi aku juga tak sanggup, sahabatku. Aku tak mungkin menyaki hatinya.

Dalam do'a setiap malamku, aku selalu berdo'a untuk meminta jawaban pada Sang Illahi. Tapi belum jua ku dapat jawabnya. Tapi aku tetap yakin dan terus berdo'a....aku selalu percaya dan yaki. Allah adalah tempat mengadu. Seberat apa pun beban hambaNya, hanya Allah tempat bergantung.

"Dek...Apa Mas tak ada kesempatan untuk dekat dengan Adek? Tak layakkah Mas berharap bersanding pada Adek?" aku hanya diam, tak kuasa bibirku menjawab semuanya.

Pertanyaan demi pertanyaan ini, membuatku semakin perih. Tak mampu lagi aku menahan sesak di hati. Ingin ku berteriak agar tak ada lagi tanya dari mulutnya. Tapi lagi-lagi aku tak sanggup. Ku biarkan saja bibirnya terus berucap, terus mencari pembelaan.

"Baiklah, kalau adek hanya diam tak mau menjawab. Tapi sampai kapan pun, Mas masih mengharapkan Adek. Dan yang mesti Adek ingat, Mas tak akan pernah kembali pada masa lalu. Terimakasih karena perkenalan kita, aku bisa berubah jadi lebih baik. Aku selalu percaya Allah Maha Pengasih dan Penyayang."

Aku pun percaya Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Setelah berucap panjang tanpa ada kata balasan dari mulutku, Mas Beny berpamitan pulang. Masuk ke dalam pamit pada orang tuaku.

"Dek, makasih atas semuanya. Mas pulang dulu, semoga kegundahan hati mu segera terobati dan ada jawabnya. Mas masih menantimu."

"Assalammualikum....Mas Pamit.'

"Waalaikumsalam"

Orang yang ku harap kini telah berlalu. Ku dengar adzan Isya' dari arah masjid. Ku harus menunda perasaan ini, guna menuju panggilan Illahi. Semoga segera ku temukan ketenangan dalam sujudku. Amiin.....



Wonosari, Mei 24.2010
"Sampai..........kita kan temukan jawaban itu......
Mungkin nanti atau kapan?



5 Response to "KISAH KU (Untuk Mu Dalam Tanya Ku)"

  1. congcot says:

    kayaknya congcot pernahdech ngalamin ini
    uhuhuhu
    hehe
    karya bagus
    terukan yaaa
    jangan lupa berkunjung ke congcot yaaa

    huehehehehehehe

    jadi penulis aj top dah
    kisah hidup emang selalu berliku
    dont look back just keep moving forward.
    ikuti kata hati aj deh

    Unknown says:

    Bang Jack...makacih yach....Mieny lagi blajar Mohon bimbingannya ma kakak2 n' kawan2 yang lain.

    Fikri....wah masuk juga, makacih Kunjungannya...Gimana lagi blajar nih...boleh tar kita bareng2 jadi Penulis

    Fadel says:

    bisa jadi penulis top kalau begini
    gk copas jadi kayak rizky2009
    kalau maslah belajar disini kami
    semua masih newbie jadi perlu sharing
    dan lain2 :D

    Unknown says:

    Kak Fadel....tRimakasih atas Komennya....kita memang harus saling bantu biar bisa menciptakan hal yang luar biasa...( terlalu b'lebihankah??? )
    makacih atas semua...Do'akan Mieny yach

Posting Komentar

Mini GK author from Gunungkidul, Indonesia

Tiket Promo

Followers