Pendekar Tongkat Emas; Jalan Seorang Pendekar

"....Bukan jalan seorang pendekar membunuh atau dibunuh. Bagiku seorang pendekar menguasai ilmu silat bukan untuk mencari kesempurnaan melainkan untuk membantu mereka yang lemah dan tak berdaya. Apalah arti kesempurnaan ilmu bila tidak diabadikan untuk kemanusiaan..."
Adalah sebuah gebrakan yang sungguh menghentak. Pendakar Tongkat Emas telah memilih jalannya sendiri dengan genre drama action. Pendekar Tongkat Emas telah berhasil memberikan suguhan baru, unik dan lain. Film ini berhasil mendapatkan posisi manis di hati para penonton.

Bercerita tentang dunia persilatan yang tidak sekedar kata-kata namun juga aksi nyata dari para pemainnya. Film ini diawali dengan kemunculan seorang pendekar perempuan, pendekar sakti pewaris tongkat emas dan jurus tongkat emas melingkar bumi, bernama Cempaka.
Cempaka sebagai seorang petarung dan pendekar terkuat, sejujurnya memiliki problema tersendiri dalam hatinya yang terdalam. Ia merasa jika sisa hidupnya adalah sebuah penyesalan. Ia saksi hidup tentang sebuah kehilangan dan penemuan.

Sebagai pewaris Tongkat Emas dan Ilmu Jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi, Cempaka mempunyai banyak musuh. Ia banyak bertarung untuk mempertahankan Tongkat Emas dari tangan-tangan kotor. Karena itulah ia sering terlibat pertarungan yang berakhir dengan lawan-lawannya mati. Musuh-musuh yang telah ia bunuh meninggalkan anak yang harus ia urus. Maka di pondoknya---ia pilih pondok reot dan sumpek---ia mengasuh anak-anak dari para musuhnya.

Tersebutlah Kala Biru yang paling sakti, anak dari Gagak Hitam. Lalu Daya Gerhana yang kelak akan melahirkan seorang anak laki-laki dari hubungannya dengan Biru. Merah Dara, gadis manis yang masih muda. Juga satu murid lagi bernama Lembah Angin, bukan anak dari musuh melainkan anak buangan yang ia pungut. Bagi Cempaka, Angin adalah pengingat sebuah janji. Cempaka sendiri punya seorang anak laki-laki yang harus rela ia tinggalkan (atau terpaksa) demi tetap menjadi pendekar menjaga ilmu dan tongkat emas.

Ketika sakit yang diderita Cempaka dirasa sudah tak mampu disembuhkan dan akan membawanya ke ajal, ia memilih satu diantara empat muridnya untuk menjadi ahli warisnya, pewaris Tongkat Emas sekaligus Jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi. Terpilihlah Dara sebagai pewaris. Sayangnya hal tersebut membuat Biru dan Gerhana tidak senang. Selama ini Biru berharap jika dirinyalah yang akan mewarisi itu semua.
Maka ketika Cempaka membawa Dara dan Angin pergi untuk berlatih jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi, Biru dan Gerhana melancarkan aksi pengkhianatannya. Mereka berdua mengejar rombongan Cempaka dan mengatakan maksud sesungguhnya. Demi melindungi Angin, Dara dan Tongkat Emas, Cempaka bertarung melawan Biru dan Gerhana hingga akhirnya ia tewas.

Sepeninggalan Cempaka, Biru dan Gerhana bergabung dengan perguruan lain yang dianggap paling kuat. Di sana ia menyebarkan fitnah bahwa yang telah membunuh Cempaka adalah Dara. Ia juga bilang kalau Tongkat Emas itu sebenarnya diwariskan kepada dirinya namun telah dirampas oleh Dara. Seluruh orang percaya dengan ucapan Biru. Sejak saat itu Dara dan Angin menjadi buronan.
Sampai pada akhirnya anak buah Biru menangkap Angin dan bermaksud menukarnya dengan Tongkat Emas. Dara yang belum menguasai jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi mencoba membebaskan Angin. Sampai akhirnya Angin mati dan tongkat tersebut jatuh ke tangan Biru.

Semalam sebelum Cempaka meninggal, ia bicara pada Dara jika sesuatu terjadi pada Cempaka, gadis itu harus mencari seseorang bernama Naga Putih untuk melatih dan menurunkan jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi. Sejujurnya jurus itu adalah jurus berpasangan, Cempaka dan Naga Putih dulunya adalah pasangan pewaris jurus tersebut. Jadi ketika Cempaka mati, Naga Putihlah satu-satunya yang masih bisa menurunkan ilmu tersebut. Sayangnya, Naga Putih pun tidak diketahui keberadaannya, yang mungkin sudah mati atau entah di mana.

Beruntung Dara bertemu dengan Elang yang ternyata lelaki itu adalah anak kandung dari Cempaka dan Naga Putih. Telah sejak lama Elang menerima warisan jurus tersebut dari bapaknya. Maka Dara berguru pada lelaki tampan bersahaja dan misterius tersebut.

Seperti bapaknya, Elang telah bersumpah bahwa dia tidak akan bertarung, ia tidak ingin menjadi pendekar. Namun demi membantu Dara dan juga membela kebenaran ia pun akhirnya ikut bertarung melawan  Biru dan Gerhana. Berkat bantuan Elang, Dara berhasil mendapatkan kembali tongkat warisan Cempaka.

 "... kebenaran memang dunia yang sunyi..."

 Karena telah melanggar sumpah, Elang terpaksa pergi mengasingkan diri. Dara merasa kehilangan sosok tersebut. Pada akhir film, Dara hanya bisa menangis. Menangis untuk segala hal. Untuk kepergian Cempaka, untuk kematian Biru dan Gerhana, untuk Elang yang harus pergi, juga untuk tanggung jawab di masa mendatang. Ya, setelah ini Dara haruslah menurunkan jurus dan tongkat sakti itu pada pewarisnya. Satu-satunya yang ia punya sekarang ini adalah anak dari Biru Gerhana. 
Sesuatu yang sama terulang kembali, dulu Cempaka mengasuh anak dari musuh-musuh yang ia bunuh. Kini Dara pun mengalami hal yang sama.



Sumba dan Kain Tenun
Saya membungkuk hormat sekaligus angkat topi untuk setting dan sinematografi yang begitu keren. Hai, kawan, ini lho Sumba, Indonesia. Cantiknya luar biasa. Padang rumputnya, lembahnya, hutannya, bahkan sungai-sungainya pun jernih.
Pendekar Tongkat Emas luar biasa menyuguhkan panorama alam yang tampak begitu anggun, angkuh, memesona sekaligus membuat meleleh. Saya dengan takjub mengakui kepandaian dari pembuat film yang terang-terangan memasukkan unsur-unsur Indonesia. Mulai dari flora faunanya yang muncul meski tidak terlalu lama namun tetap dimunculkan begitu cantik. Burung-burung, hewan kecil-kecil dan beberapa tumbuhan liar juga raksasa yang mungkin tidak ada di tempat lain atau yang selama ini kita anggap tak berharga.
Lagi-lagi kejelian dalam pemakaian kostum, melihat film ini sekaligus menghargai betapa cantiknya kain-kain tenun dari Indonesia. Pernah suatu ketika saya melihat acara yang membahas tentang kain tenun yang tenyata harganya, wow luar biasa mahal. Film Pendekar Tongkat Emas begitu pintar memadukan kain-kain tenun ini unjuk ikut ditunjukkan kepada para penonton bahwa ini lho kain ini ada dan asli di Indonesia.
Sebuah misteri, tanda tanya dan ending
Begitu lampu bioskop dinyalakan terang dan sebagian pengunjung berduyun-duyun berjalan di lorong exit, saya masih sejenak duduk di kursi merah sembari bertanya-tanya. Kok udahan?
Asli saya masih berharap film tidak berhenti hanya sampai di adegan anak Biru dan Gerhana yang diam-diam mempelajari gerakan silat dari pemilik Tongkat Emas. Saya bertanya, kalau anak itu menguasai juga jurus terakhir tersebut, apa yang akan terjadi selanjutnya??

Juga yang menjadi misteri, kenapa Naga Putih enggan terlibat dalam dunia persilatan? Kenapa dia berhenti menjadi pendekar dan mengajak Elang untuk bersumpah agar tidak ikut campur dengan dunia persilatan? Ini sebuah misteri. Meski diadegan Naga Putih muda (Darius) diceritakan karena Naga Putih tidak mau lagi membunuh. “... aku tidak bisa membunuh lagi, meski yang aku bunuh dari orang golongan hitam sekalipun...”
Pasti ada alasannya kenapa bisa begini. Dan lagi-lagi saya berharap ada jawabannya. Mungkinkah film ini ada sekuelnya??

Adegan saat Dara jatuh ke jurang karena dikejar Biru dan Gerhana. Yang jadi misteri kenapa Elang bisa-bisa ada di sana dan menolongnya? Sedang di jurang itu jauh dari kediaman Elang. Saya curiga dan berharap ada jawabannya.

Lagi, saya menyimpulkan di film ini Nicholas alias Elang berprofesi sebagai penagih hutang. Ini sanggat menggelitik dan patut untuk dicari tahu lebih lanjut. :D

Dari misteri, pertanyaan, curiga dan ending yang tidak ending (ah bahasa saya aneh), membuat sebuah pertanyaan besar di benak saya, mungkinkah Pendekar Tongkat Emas ada lanjutannya?? Wow... saya pun berharap memang begitu. Semoga Mbak Mira Lesmana dan Mas Riri Riza juga berpikiran saya dengan saya; melanjutkan kisah Pendekar Tongkat Emas.


"... Kemanapun kita berpaling yang kutemukan hanyalah ancaman kematian dari balik kegelapan. Namun lorong panjang yang tergelap sekalipun akan berakhir dengan cahaya di ujungnya. Walau kita tidak tahu apakah cahaya itu suatu harapan atau ancaman."
Saya tidak menyesal telah menonton film ini di hari pertama tayang, 18 Desember 2014. Film ini jempolan, sangat rekomend buat kalian yang gila nonton pun buat kalian yang tidak begitu paham film namun ingin nonton.
Lalu kasih tahu yah jika kalian juga nonton film ini. Kita bisa diskusi bareng-bareng.



Genre: Drama Aksi

Tanggal Rilis Perdana : 18 Desember 2014

Cast and Crew
Sutradara: Ifa Isfansyah
Produser : Mira Lesmana, Riri Riza
Produksi : Miles Films
Penulis Naskah : Jujur Prananto

Pemain:
Christine Hakim sebagai Cempaka
Nicholas Saputra sebagai Elang
Reza Rahadian sebagai Kala Biru
Eva Celia sebagai Merah Dara
Tara Basro sebagai Daya Gerhana
Aria Kusumah
Landung Simatupang
Whani Darmawan
Slamet Rahardjo sebagai Datuk
Darius Sinathrya sebagai Naga Putih muda
Prisia Nasution sebagai Cempaka muda

Terima kasih untuk Miles Films dan KG Studio yang telah memberikan suguhan begitu bergizi dan mengenyangkan. Ibarat pembuatan berlian, tanah Sumba itu adalah bahannya dan kalianlah yang menggosoknya hingga mengkilat. [MIN]

1 Response to "Pendekar Tongkat Emas; Jalan Seorang Pendekar"

  1. Ketika melihat iklannya di televisi, saya sudah kepengin ingin melihatnya; begitu pula saat melihat baliho besar di Jl. Afandi dekat UNY. Tapi, hingga kini belum nonton. Dan, membaca review panjenengan ini, duuuuh... makasih ya, Mbak, sedikit terobati neh sebelum melihatnya langsung :)

Posting Komentar

Mini GK author from Gunungkidul, Indonesia

Tiket Promo

Followers