Kaliluna; Luka di Salamanca

Satu lagi persembahan menarik dari mokamedia

Judul : Kaliluna; Luka di Salamanca
Penulis : Ruwi Meita
Penyunting : Dyah Utami
Penerbit : Moka Media
Tahun terbit : Cetakan pertama, 2014
Jumlah halaman: iv + 270 halaman
Ukuran : 12,7x19cm
ISBN : 979-795-854-X


“Mimpi bisa datang lain kali jika dia sempat. Jika tak sempat biarlah kulakukan apa yang bisa kulakukan.” (hal. 29)


Salamanca. Sebuah kota pendidikan yang sangat terkenal di Spanyol. Ya, novel ini bersetting Spanyol, sebuah negeri romantis dengan bahasa yang memukau.
Awalnya cerita ini bermula ketika Kaliluna, sang tokoh utama, mengalami yang namanya ‘mimpi buruk’.


Kaliluna, dulu adalah seorang atlet panah asal Yogyakarta yang sedang mencapai masa puncaknya dan tengah mempersiapkan diri untuk pertandingan SEA Games.
Sayang, takdir itu datang.
Kaliluna yang biasa ceria, berubah menjadi orang penuh ketakutan, luka dan terror. Karirnya padam. Ia yang biasanya selalu mesra dengan busur panah dan anak panah, mendadak menjadi orang yang sangat membenci dan takut pada dua benda tersebut. Bahkan ia sampai pingsan dan mimpi buruk jika sampai melihat kedua benda tersebut.

Mama Nadin akhirnya mengirim Kaliluna ke Salamanca untuk menitipkannya dengan Frida (yang tak lain tenyata adalah ibu kandung Kaliluna).
Ajaib, sebab Salamca yang begitu memukau tak mampu membuat Kaliluna kembali seperti semula. Justru ia semakin panik. Beruntung ada Ibai—lelaki tampan keturunan Vasco—yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya.

“Sejujurnya aku juga tidak tahu bagaimana menolongmu. Kita mungkin sama-sama tidak tahu. Tapi bukankah ketidaktahuan adalah alasan mencoba sesuatu.” (Hal. 179)

Ibai, yang punya mimpi tinggi harus berjuang untuk menyembuhkan Maite—sang mama yang punya penyakit selalu merasa tidak tenang dan menganggap semua orang berwajah datar bagai tembok. Sosok Ibai menjelma menjadi kekuatan baru untuk Kaliluna, apalagi setelah keduanya sering bertemu di bawah pohon ara pinggir dermaga. Juga perjalanan mereka ke Pozo de los Deseos, di mana di sana ada harapan yang tertulis pada gembok di atas sumur.

Lewat bantuan Ibai, Pilar juga Frida; pada akhirnya Kaliluna bisa menaklukan kesakitannya. Ia kembali bisa memegang busur dan anak panah. Ia, telah kembali. Ia menjelma menjadi perempuan untuk kembali.
Ibai yang diam-diam telah lama mencintainya; bahkan sejak mereka kecil dan juga belum pernah ketemu, akhirnya bisa bersatu juga.

Yang paling tak telupakan dalam novel ini adalah; Salamanca yang begitu indah. Tergambar klasik dan mengajak untuk berandai-andai beneran berada di sana. Memindai bunga-bunga cantiknya di atas bukit juga menyentuh semak conyza di pinggir dermaga.

Akhirnya, terima kasih Mbak Ruwi Meita dan Moka Media yang sudah berkenan menuliskan kisah Kaliluna di Salamanca. Gracias. [MIN]


0 Response to "Kaliluna; Luka di Salamanca"

Posting Komentar

Mini GK author from Gunungkidul, Indonesia

Tiket Promo

Followers